Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Persamaan dan Perbedaan Kurikulum Merdeka dan Deep Learning dalam Pembelajaran

 

persamaan dan perbedaan kurikulum merdeka dan deep learning
Persamaan dan perbedaan kurikulum merdeka dan deep learning

Dalam beberapa tahun terakhir, pendekatan pendidikan baik di Indonesia maupun di dunia mengalami perubahan signifikan. Fokus yang dulunya lebih menekankan pada pencapaian nilai akademik kini mulai bergeser menuju pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata. Dua pendekatan yang banyak dibicarakan adalah Kurikulum Merdeka yang diterapkan di Indonesia dan deep learning dalam konteks global. Keduanya lahir dari kebutuhan akan sistem pendidikan yang tidak hanya menghasilkan siswa cerdas secara kognitif, tetapi juga mampu berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.

Kurikulum Merdeka dan Deep Learning

Kurikulum Merdeka mulai diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai respons terhadap kebutuhan pendidikan yang lebih fleksibel dan kontekstual. Kurikulum ini memberikan keleluasaan bagi guru untuk menyesuaikan materi dan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Salah satu ciri khasnya adalah adanya pembelajaran berbasis projek dan penekanan pada profil pelajar Pancasila yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa.

Di sisi lain, konsep deep learning dalam pendidikan tidak merujuk pada teknologi kecerdasan buatan, tetapi pada pendekatan pembelajaran mendalam yang menekankan pemahaman konsep secara menyeluruh, keterkaitan antar-materi, dan kemampuan menerapkan pengetahuan dalam situasi nyata. Pendekatan ini telah banyak diterapkan di berbagai negara maju dan berkembang untuk mendorong siswa berpikir lebih kritis dan reflektif. Deep learning juga mengajak siswa untuk tidak hanya mengingat, tetapi memahami, menghubungkan, dan menerapkan ilmu.

Tulisan ini bertujuan untuk membandingkan secara ringkas dan reflektif antara Kurikulum Merdeka dan pendekatan deep learning. Meski berasal dari latar belakang dan konteks yang berbeda, keduanya memiliki tujuan yang serupa: menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan mendalam bagi siswa. Dengan memahami persamaan dan perbedaannya, diharapkan para pendidik dapat mengadopsi strategi yang paling tepat untuk diterapkan di kelas masing-masing.

Pengertian Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka merupakan pendekatan baru dalam dunia pendidikan Indonesia yang dirancang untuk memberi ruang lebih luas bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya. Kurikulum ini menekankan pada fleksibilitas, baik dalam perencanaan pembelajaran maupun dalam pemilihan materi yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks sekolah. Dilansir dari Kementerian Pendidikan, Kurikulum Merdeka hadir sebagai jawaban atas tantangan pembelajaran yang terlalu kaku dan seragam, dengan tujuan menciptakan pembelajaran yang lebih adaptif dan relevan dengan dunia nyata.

Salah satu ciri utama dalam Kurikulum Merdeka adalah adanya pembelajaran berdiferensiasi, yaitu proses pembelajaran yang menyesuaikan gaya belajar, kebutuhan, dan minat siswa. Selain itu, penerapan project based learning melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila menjadi bagian penting dalam struktur kurikulum ini. Dengan mengintegrasikan projek, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga terlibat langsung dalam kegiatan yang mendorong pemikiran kritis, kolaborasi, dan aksi nyata di lingkungan sekitar mereka. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat Kurikulum Merdeka terletak pada penguatan karakter dan keterampilan abad 21.

Tujuan utama dari Kurikulum Merdeka adalah menciptakan pembelajaran yang kontekstual dan bermakna. Kontekstual berarti materi yang diajarkan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, sedangkan bermakna berarti pembelajaran tidak berhenti di ruang kelas, tapi memberi dampak jangka panjang dalam cara siswa berpikir dan bertindak. Dengan pendekatan ini, Kurikulum Merdeka tidak hanya mengukur hasil akhir berupa angka, tetapi lebih menekankan proses belajar yang utuh. Manfaat Kurikulum Merdeka dapat dirasakan ketika siswa mampu menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan situasi nyata dan menjadi pribadi yang reflektif, mandiri, serta berkarakter kuat.

Pengertian Deep Learning

Dalam konteks pendidikan, deep learning bukan merujuk pada teknologi kecerdasan buatan, melainkan pada pendekatan pembelajaran mendalam yang menekankan penggalian makna, pemahaman yang utuh, dan keterkaitan antar konsep. Deep learning dalam pendidikan mengarahkan peserta didik untuk tidak hanya menghafal informasi, tetapi mampu menghubungkannya dengan kehidupan nyata dan pengalaman belajar lainnya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk mengeksplorasi materi secara lebih reflektif dan berkelanjutan.

Salah satu inti dari deep learning dalam pendidikan adalah mendorong pemahaman konsep yang kuat dan menyeluruh. Siswa dilatih untuk tidak hanya mengetahui suatu fakta, tetapi juga memahami alasan di baliknya serta hubungan antar topik. Misalnya, dalam pembelajaran sains, siswa diajak menghubungkan konsep ekosistem dengan isu lingkungan global. Pendekatan ini secara alami melatih keterampilan berpikir kritis dan analitis yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari maupun di masa depan.

Tujuan akhir dari penerapan deep learning dalam pendidikan adalah terjadinya transfer pengetahuan jangka panjang dan penguatan kemampuan problem solving. Artinya, apa yang dipelajari siswa tidak berhenti di ruang kelas, tetapi dapat diterapkan dalam situasi nyata. Ketika siswa menghadapi persoalan, mereka mampu memecahkannya dengan menggunakan pemahaman yang sudah dibentuk secara mendalam. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berdampak jangka panjang.

Persamaan Kurikulum Merdeka dan Deep Learning

Baik Kurikulum Merdeka maupun pendekatan deep learning sama-sama menekankan pentingnya pembelajaran bermakna. Dalam kedua pendekatan ini, peserta didik menjadi pusat proses belajar, bukan sekadar penerima informasi. Materi pembelajaran dikaitkan dengan konteks nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik dapat memahami relevansi dari apa yang mereka pelajari. Manfaat dari pembelajaran bermakna adalah peserta didik tidak hanya tahu, tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan tersebut dalam situasi konkret.

Persamaan lainnya terletak pada fokus keduanya terhadap kompetensi, bukan semata-mata penguasaan materi hafalan. Baik Kurikulum Merdeka maupun deep learning mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Dalam Kurikulum Merdeka, ini diwujudkan melalui asesmen formatif dan kegiatan yang menantang cara berpikir peserta didik. Sementara itu, dalam deep learning, pendalaman konsep menjadi tujuan utama agar peserta didik mampu membuat koneksi antarmateri dan berpikir pada level yang lebih tinggi.

Selain itu, kedua pendekatan ini menekankan pentingnya kolaborasi dan refleksi dalam proses belajar. Melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka, dan tugas-tugas mendalam dalam pendekatan deep learning, peserta didik diajak bekerja sama, menggali informasi, serta merefleksikan proses dan hasil belajar mereka. Kolaborasi ini tidak hanya membangun keterampilan sosial, tetapi juga memperkuat pemahaman konsep melalui diskusi dan eksplorasi. Inilah mengapa banyak praktisi pendidikan melihat manfaat Kurikulum Merdeka dan deep learning sebagai pendekatan yang saling melengkapi dalam menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan mendalam.

4. Perbedaan Kurikulum Merdeka dan Deep Learning

Perbedaan Kurikulum Merdeka dan deep learning terletak pada asal-usul, struktur, dan fokus temanya. Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan pendidikan nasional Indonesia yang dilengkapi perangkat formal seperti CP, ATP, dan modul ajar, serta menekankan nilai-nilai lokal dan Profil Pelajar Pancasila. Sementara itu, deep learning adalah pendekatan pedagogis universal yang bersifat fleksibel, tidak terikat pada struktur kurikulum tertentu, dan lebih menekankan pemahaman konsep serta literasi global.

a. Asal-Usul dan Konteks Penerapan

Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan pendidikan nasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Kurikulum ini dirancang untuk merespons kebutuhan pendidikan abad ke-21 dengan mengedepankan pembelajaran berdiferensiasi, projek penguatan karakter, serta pengembangan Profil Pelajar Pancasila. Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan tumbuh sesuai potensi dan minat masing-masing dalam konteks budaya dan nilai-nilai Indonesia.

Sementara itu, deep learning dalam konteks pendidikan bukan merupakan kurikulum formal, melainkan pendekatan pedagogis yang dikembangkan dan diterapkan secara luas di berbagai negara. Konsep ini lebih bersifat teoritis dan berakar dari penelitian pendidikan global yang menekankan pentingnya pemahaman mendalam, keterkaitan antarkonsep, serta kemampuan berpikir kritis. Deep learning tidak terikat pada batasan kurikulum nasional tertentu, melainkan dapat diintegrasikan ke dalam berbagai model pengajaran di berbagai sistem pendidikan.

b. Struktur dan Implementasi

Dalam Kurikulum Merdeka, guru diberikan panduan yang jelas dan terstruktur melalui dokumen resmi seperti Capaian Pembelajaran (CP), Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), dan modul ajar. Ketiga komponen ini berfungsi sebagai panduan teknis yang membantu guru merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran dengan lebih terarah. Pendekatan ini memberikan kerangka kerja yang sistematis dan dapat diterapkan secara luas di berbagai jenjang pendidikan di Indonesia.

Sebaliknya, deep learning sebagai pendekatan pedagogis tidak memiliki perangkat atau dokumen resmi yang seragam. Guru bebas menerapkan prinsip-prinsip deep learning sesuai konteks dan kebutuhan siswa di kelas. Pendekatan ini lebih fleksibel dan berorientasi pada desain pembelajaran yang memungkinkan siswa membangun makna sendiri melalui eksplorasi, analisis, dan refleksi. Dalam hal ini, deep learning lebih menekankan pada filosofi belajar yang mendalam daripada struktur administratif.

c. Fokus Tema

Kurikulum Merdeka secara eksplisit mengangkat tema-tema lokal dan karakter bangsa Indonesia, terutama melalui penguatan nilai-nilai dalam Profil Pelajar Pancasila. Di dalamnya terdapat dimensi seperti gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan berkebinekaan global yang menjadi pilar penting dalam pembentukan karakter peserta didik. Penekanan pada konteks budaya lokal membuat Kurikulum Merdeka unik dan relevan dengan realitas sosial Indonesia.

Sebaliknya, pendekatan deep learning lebih menekankan pada keterkaitan konsep secara global dan pengembangan literasi lintas bidang. Siswa diajak untuk menghubungkan pengetahuan dari berbagai mata pelajaran, memahami sebab-akibat dari isu-isu global, serta mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dalam deep learning, fokus utamanya adalah pemahaman konsep yang mendalam dan penerapan pengetahuan dalam situasi dunia nyata, bukan sekadar pada nilai-nilai lokal atau kebangsaan.

Penutup

Baik Kurikulum Merdeka maupun pendekatan deep learning memiliki satu tujuan utama yang sama, yaitu mendorong pembelajaran yang lebih bermakna, mendalam, dan relevan bagi peserta didik. Keduanya ingin menggeser fokus dari sekadar menghafal materi menjadi pemahaman konsep, penerapan dalam kehidupan nyata, serta penguatan karakter dan keterampilan abad 21. Meski berasal dari konteks yang berbeda, keduanya sama-sama mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan yang lebih menyeluruh.

Sebagai pendidik, kita dapat memadukan kekuatan dari Kurikulum Merdeka dan deep learning dalam praktik sehari-hari di kelas. Kurikulum Merdeka memberikan kerangka dan perangkat konkret, sedangkan pendekatan deep learning memberi kedalaman pada proses berpikir dan refleksi peserta didik. Dengan menggabungkan keduanya, guru dapat merancang pembelajaran yang tidak hanya sesuai dengan kebijakan nasional, tetapi juga selaras dengan prinsip pedagogi global yang mendorong pemahaman jangka panjang.

Kami mengundang Anda untuk berbagi pandangan di kolom komentar. Sudahkah pendekatan pembelajaran yang Anda terapkan mencerminkan nilai-nilai dari Kurikulum Merdeka dan prinsip deep learning? Mari berdiskusi, bertukar pengalaman, dan bersama-sama membangun praktik mengajar yang lebih berdampak dan relevan bagi generasi masa depan.

Posting Komentar untuk "Mengenal Persamaan dan Perbedaan Kurikulum Merdeka dan Deep Learning dalam Pembelajaran"